Sabtu, 04 Maret 2017

Cerpen ( Rasa )

RASA

  Pas kemarin pulang sekolah aku ada janji ketemu sama sahabatku namanya Devian. Tak lama kemudian bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku bergegas keluar dari kelas menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang kulihat ada seorang cowok bermata sipit dengan mothor birunya sedang tersenyum ke arahku. Aku pun menghampirinya, stelah itu dia pun mengajakku pergi ke Quick Chicken, salah satu tempat makan yang ada di deket rumahku.
  Kami sudah bersahabat sejak lama, aku pun sering bercerita tentang kehidupanku kepadanya begitupun dirinya. Disana kami makan dengan lahapnya sambil asyik bercerita bercanda tawa.
  Di tenga-tengah lahapnya kami makan tiba-tiba dia menanyakakn bagaimana perasaanku sekarang, apakah aku sudah sukses move on dari mantan apa belum. Aku pun otomatis langsung tersedak dan dia langsung meminta maaf karena tak sengaja sudah membuatku tersedak dan mengambilkanku segelas minuman.
  Aku mengehntikan makanku dan menceritakan semua perasaanku tentang mantan ke dia. Kulihat dia menyimak baik-baik dengan mimik muka penasaran atau bahasanya anak muda jaman sekarang kepo. Ketika aku bercerita aku pun jadi teringat semua kenanganku bersama mantan dulu. Tanpa kusadari air mata mengalir pelan di pipiku, ternyata aku menangis. Devian pun mengusap lembut air mataku dengan jemarinya, dia berusaha menghiburku agar aku tidak terus-terusan larut dalam kesedihan lagi.
  Singkat cerita aku tersenyum kembali. Dia pun mengantarkanku pulang ke rumah. Setelah peristiwa itu kami pun selalu salah tingkah ketika bertatapan satu sama lain. Semalaman aku tak bisa tidur karena memikirkan sikap Devian tadi siang. Apakah dia menyimpan sebuah perasaan yang lebih dari seorang sahabat kepadaku

Cerpen ( Malam Tahun Baru )

Malam Tahun Baru

  Di malam tahun baru yang lalu, aku dan keluargaku berencana untuk mengadakan acara bakar-bakar di halaman belakang rumahku.
  Pagi harinya, aku ikut ibuku pergi ke pasar untuk membeli barang-barang kebutuhan untuk bakar-bakar nanti malam. Rencananya kami akan bakar-bakar jagung manis saja, alasannya selain prosesnya yang tidak terlalu rumit juga harganya yang hemat.
Sorenya, kakakku datang ke rumah dengan adek keponakanku untuk membantu kami menyiapkan peralatan dan tak lupa jagung manisnya untuk acara malam itu.
  Sesampainya di dapur, kakakku pun langsung duduk di sampingku dan membantuku membuat bumbu untuk malam itu. Namun tiba-tiba adekku menanyakan kepadaku dimana ayamnya karena dikiranya malam itu akan membuat ayam bakar padahal cuma jagung bakar saja. Setelah ku jelaskan dengan nada pelan eh ternyata adekku malah menangis minta ayam bakarnya tetap jadi karena dia tidak terlalu suka jagung bakar. Ibuku pun sudah berusaha menjelaskan tapi adekku tetap merengek terus minta ayam bakar, lama-lama suara tangisannya pun semakin kencang.
  Semuanya pun bingung padahal jagungnya sudah terlanjur dibeli dan jumlahnya pun lumayan banyak. Setelah ku pikir-pikir aku pun mengusulkan bagaimana kalau kita bakar dua-duanya saja yaitu bakar ayam dan jagung manis. Akhirnya usulanku pun di terima. Untungnya ayahku memelihara ayam di belakang rumah. Ayahku pun mengambil 1 ayam jago yang besar sendiri dan menyembelihnya. Setelah itu ibuku memasak ayamnya sampai matang. Aku dan kakakku pun sibuk membuatkan bumbu dan menyiapkan peralatannya.
  Tak terasa suara kumandang adzan maghrib pun terdengar, kami bergegas untuk sholat maghrib berjamaah dirumah saja dan diimami oleh ayahku sendiri. Setelah sholat, aku menemani adekku bermain di teras rumah, sementara ayah, ibu dan kakakku sibuk memasak di dapur. Kulihat banyak orang yang berjalan kaki menuju ke alun-alun ada juga yang malah pergi ke gor. Di depan rumah kulihat banyak anak kecil yang bermain petasan dan kembang api, banyak juga anak remaja yang seusiaku sampai orang dewasapun keluar rumah semua. Pokoknya di depan rumah saja suasananya sangat ramai setiap malam tahun baru tiba, karena jalan rayanya sering macet jadi banyak yang memilih lewat gang sini. Juga kembang api yang bersahut-sahutan mulai dari habis maghrib sampai puncak jam 12 malam nanti.
  Aku dan adekku pun bergegas menuju halaman belakang rumah. Disana kami duduk bersantai sambil melihat banyaknya kembang api dilangit.
Malam itu aku dan adekku yang paling banyak makannya. Kami pun menghabiskan waktu dengan seru-seruan bercanda dan tertawa bersama apalagi ditambah aksi konyolku dan adekku yang aneh itu. Dan malam itu menjadi malam yang paling berkesan karena ternyata ibuku juga mengundang sahabatku yang sekolahnya di Bandung tanpa sepengetahuanku. Ibuku sengaja membuat surprise untukku. Aku pun langsung memeluk erat dia karena saking kangennya. Alangkah bahagianya aku saat itu ketika dia bicara ingin menginap dirumahku semalaman itu.

Saat pukul 12 malam kami semua melihat indahnya pesta kembang api, kulihat semua orang juga banyak yang keluar dari rumahnya masing-masing hanya untuk melihat meriahnya pesta kembang api secara langsung. Suasananya terlihat sangat ramai, meskipun badanku terasa lelah tetapi hatiku sangat gembira pada malam itu. Dan juga menjadi sebuah kenangan yang tak pernah kulupakan.

Cerpen ( Hujan )

HUJAN


  Waktu itu ketika pulang sekolah hujan turun begitu derasnya. Dan seperti biasa aku selalu menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. biasanya aku hanya menunggu kurang lebih sekitar 15 menitan saja. Namun kali ini sudah hampir setengah jam lebih ayahku belum juga muncul. Hujan turun semakin derasnya, aku mulai kedinginan. Aku juga melihat jam di tangan kiriku, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore, namun ayahku pun belum juga kelihatan batang hidungnya.

  Aku mulai khawatir, tidak seperti biasanya  ayah seperti ini. Segala pikiran negatif pun berdatangan di otakku, tapi langsung saja kuusir semua itu. Mungkin saja terjebak kemacetan atau belum pulang kerjanya atau mungkin masih nglembur sedikit.

  Tak lama kemudian dari sudut kiri jalan samar-samar kelihatan ayahku dengan motor kharismanya. Semakin dekat bayangan ayahku pun semakin jelas. Ternyata di tengah perjalanan ayahku sedang terjebak kemacetan yang cukup panjang karena banjir. Aku pun lega setelah mendengar penjelasan dari ayah, ternyata ayah tidak kenapa-kenapa. Singkat cerita, kami pun segera pulang ke rumah karena hujannya pun sudah mulai reda